Kamis, 20 Januari 2011

Dilema Pengguna Bahasa


Ajip Rosidi, seorang budayawan dan pemerhati bahasa Indonesia menuangkan opininya dalam beberapa tulisannya dalam sebuah media cetak harian. Betapa bahasa Indonesia masih membutuhkan lebih banyak perhatian dalam perkembangannya.
Bahkan, tampak bahwa para duta bahasa Indonesia yang berkewajiban memberikan sosialisasi secara tidak langsung malah berkontribusi merusak kaidah. Seharusnya ini tidak hanya menjadi bahan perenungan, tetapi menjadi permasalahan yang harus segera dipecahkan.
Ada kecemburuan beberapa penulis ketika mengetik menggunakan program pengolah kata berbasis windows. Dalam program ini terdapat alat proofing sebagai spell and grammar checker ‘alat pemeriksa ketepatan ejaan dan tata bahasa’.
Ternyata, setelah ditelaah lebih dalam, kita dapat melihat bahwa di sana diberikan penjelasan ketatabahasaan yang cukup dapat dipahami ketika bahasa yang digunakan, dalam hal ini tentu bahasa Inggris, kurang tepat. Misalnya, jika kita menggunakan kata yang tidak dikenal dalam bahasa Inggris, akan muncul garis di bawah kata tersebut.
Atau, ketika urutan kalimat yang ditulis tidak tepat atau secara tata bahasa kalimat tersebut tidak tepat, akan muncul garis hijau. Ketika diklik kanan, akan muncul menu untuk melihat apa yang salah dalam penulisan kita.
Ini adalah satu langkah konkret yang sangat mendukung proses sosialisasi ketepatan kaidah. Apalagi, jutaan orang berbahasa Inggris melalui tulisan dengan bantuan Microsoft. Betapa terbantunya pengguna bahasa yang ketika menulis diberi koreksi langsung yang akan membuatnya lebih peka terhadap konsistensi berbahasa.