Minggu, 13 Maret 2011

Case Study : Bahasa Indonesia


Studi Kasus
KEM Siswa Kelas VII D SMP Negeri 7 Kuningan Tahun Pelajaran 2009/2010
Belum Memenuhi Target

              Hari ini Selasa saya akan memulai materi baru pada SK 3 yaitu memahami ragam teks non sastra dengan berbagai cara membaca melalui KD 3.2 menyimpulkan isi bacaan setelah membaca cepat 200 kata permenit.       
            Seperti biasa saya siapkan bahan ajar itu sejak semalam. Saya siapkan segalanya yang menurut saya sudah maksimal dari mulai RPP, wacana yang akan dibaca siswa, daftar pertanyaan, rubric penilaian, kunci jawaban dan tentu saja tidak lupa stopwatch untuk mengukur kecepatan siswa.
            Setelah siap segalanya saya masuk kekelas VII D. Sambutan hangat siswa memotivasi saya untuk bekerja lebih maksimal. Saya balas mereka dengan sapaan-sapaan ringan.Setelah bertanya jawab seputar kabar dan kehadiran siswa, saya mulai mengajak sisa pada pembelajaran hari ini.
            “ Anak-anak pernahkah kalian membaca wacana dalam waktu yang cepat?” Mereka menjawab spontan “Ya”. “Bagus” komentar saya seraya mengacungkan jempol. Mereka puas dengan pujian itu. “ Bisakah kalan menjawab pertanyaan dari bacaan yang kalian baca cepat itu?” Kali ini jawaban mereka beragam, Astri misalnya ia anak yang gemar membaca menjawab bahwa ia bisa menjawab beberapa soal yang diajukan walaupun tidak betul semua. Jawaban yang lain tidak pernah menjawab pertanyaan karena asal baca saja atau yang lain lagi pernah mencoba menjawab tapi tak bisa.
            Saya hargai apa pun pendapat mereka dengan cara memberikan motivasi-motivasi pada mereka bahwa banyak manfaat dari membaca cepat untuk sekarang maupun untuk masa depan. Nampaknya mereka mulai tertarik.Selanjutnya saya menjelaskan bahwa kompetensi dasar yang akan mereka pelajari hari ini adalah tentang menyimpulkan bacaan setelah membaca cepat 200 kata per menit. Mula-mula mereka spontan Haaaaaaa…… sambil berpandangan dengan temannya. Sepertinya ada kekhawatiran pada mereka takut tidak memenuhi target. Saya tersenyum sambil meyakinkan mereka bahwa mereka bisa.
            Mulailah saya membagikan lembaran wacana dan tersimpan terbalik, sehingga siswa tidak bisa membacanya sebelum aba-aba dimulai. Beitu aba-aba dimulai dengan cepat mereka membalikkan kertas tersebut dan membacanya setengah bersuara sehingga suaranya sangat gaduh seperti suara lebah yang mau pindah. Sambil menghitung waktu saya merasa ada satu masalah yang sedang saya hadapi bagaimana bisa cepat apabila membacanya sajasambil bersuara dan mulut komat-kamit? Selain itu juga banyak siswa yang menggerakan kepalanya mengikuti alur bacaan sehingga memperlambat membaca. Sewaktu stopwatch menunjukkan pada angka 60 detik saya menyuruh siswa berhenti membaca dan menandai tepat dimana mereka berhenti membaca. Setelah itu saya menyuruh siswa untuk menghitung berapa kata yang mereka baca  dan menuliskannya di buku catatannya.
            Setelah selesai seorang siswa mengumpulkan wacana tadi dan saya membagikan lembar soal untuk dijawab mereka berdasarkan bacaan tadi. Saya perhatikan mereka baik-baik ada yang cepat menjawab pertanyaan itu ada yang tertunduk sambil berpikir ada yang diam saja sambil menatap lembar soal tadi. Setelah siswa selesai mengerjakan soal mereka menukarnya dengan teman sebangku dan saling memerika hasilnya. Beragam hasilnya. Tapi ini belum selesai. Saya berikan rumus kecepata membaca pada mereka yaitu jumlah kata yang dibaca permenit dikalikan dengan skor yang diperleh siswa per skor maksimal.
            Mereka menghitung punya temanna, setelah itu dikembalikan pada pemiliknya dan mereka menghitung ulang atas hasil mereka sendiri. Kemudian mereka menyebutkan hasilnya masing-masing.
            Berdasarkan data itulah ahirnya kami menyimpulkan bahwa kpm mereka belum memenuhi target yaitu 200 kata per menit. Akhirnya mereka bertanya mengapa itu bisa terjadi? Saya kembalikan lagi pada mereka untuk menjawabnya.Ada jawabannya tidak konsentrasi, berisik, belumbsa cepat membacanya dan lain –lain.
            Di akhir ertemuan saya yakinkan padamereka bahwa konsentrasi adalah kunci utama untuk bisa membaca cepat di samping latihan membaca ang rutin dengan menggunakan gerak mata bukan kepala serta membaca dalam hati bisa meningkatkan kecepatan membaca bukan dengan suara.Ketiga hal tersebut dipadukan sehinga akan diperoleh informasi yang akrat dari bacaan
            Mereka menerima penjelasan itu dengan senang dan berjanji akan lebih sering berlatih membaca agar target 200 kpm dapat tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar